Not Answered

Time flies by so fast.
Nggak kerasa udah semester 6 aja. Obrolan sama temen-temen ketika makan berputar diantara topik semprop - tema skripsi - proyek dosen - kkn - wisuda - kerja - belum sampe ke topik nikah sih, wkwkwk. Belum punya e-ktp soalnya, jadi nggak bisa daftar nikah :)

Ngomongin soal skripsi dan projek dosen, 3 orang temenku nanya pertanyaan serupa dan aku nggak bisa jawab. 

Pertama Khansa, she comes with "aku bingung mau pakai ideku sendiri atau ngambil proyek Bu Ratna..."
Khansa yang kukenal adalah Khansa yang selalu prepare dari awal. Nggak heran dia udah punya bayangan sendiri soal skripsi nanti mau ngapain. Bahkan seingetku, dia udah mulai nyari nyari materi untuk uji antibakteri dari semester 5 kemaren. Yang bisa aku lakukan mendengar pernyataan Khansa adalah balik bertanya, "emang proyek bu ratna apa?", kemudian Khansa cerita gambaran umum kenapa dia bingung. Penelitian skripsi dengan tema antibakteri bisa dilakukan, memungkinkan, fasilitas memadai, yang berarti aman... cuma biaya ditanggung sendiri, dan sepertinya itu bukan masalah berarti bagi Khansa. Proyek dosen bisa juga dilakukan, cuma nggak bisa sesuai dengan keinginan sendiri, dan belum tentu mudah, tapi alat, bahan, biaya, semua terjamin, dengan kata lain, aman...
Biasanya, kalau ditanya pendapat, aku langsung nyerocos "Menurutku blablabla...", tapi untuk kali ini aku cuma bisa diem dan merespon "hmmm..." sambil ngangguk-ngangguk. Aku bener-bener nggak tahu harus jawab apa. Logikaku kalau ditanya begitu biasanya pasti langsung mencoba memposisikan diri jadi orang yang nanya. Tapi kali ini, sama sekali nggak bisa. Akhirnya aku cuma bisa jawab "Pilihan yang manapun baik Sa"
Terus aku pergi, dan dijalan tiba-tiba keinget kata-kata Egy si tamvan dan pemverani, "Pilih pilihan yang mendekatkanmu pada Allah", sempet menghentikan langkah kaki dan niat berbalik menyampaikannya pada Khansa, tapi ah sudahlah.

Kedua, Fardep.
Aku denger kisah skripsi dia dari Aini, bukan dari dia langsung. Terus pas ada jam kuliah bareng, pas komdas, kebetulan duduk disamping dia dan aku tanya gimana rencanya skripsinya. Aku udah tahu sebenernya, tapi pengen denger cerita langsung dari Farah aja, hehehe...
Permasalahannya hampir sama kayak Khansa, Farah pengen penelitian tentang bioremediasi, tapi proyek dosen ps nya Farah bukan tentang itu, melainkan tentang indikator perairan di Waduk Cengklik. Farah pengennya bioremediasi, tapi proyek. Tapi dosen biologi lain belum ada yang pernah concern ke bidang itu, jadi kesempatannya tipis. 
Sama Farah aku sempet menyampaikan "Pilih pilihan yang mendekatkanmu pada Allah Far", bahkan aku nambahin "Pilihan seperti apa yang mendekatkan kita pada Allah? Pilihan yang paling kita takutkan, kenapa? Karena saat kita takut, kita akan lebih sering mencari Allah"
Alhamdulillah, sekarang Farah insyaAllah udah fix ikut proyek ps nya yang Waduk Cengklik, bahkan dia udah mulai survey pendahuluan kemaren pas hari minggu buat liat waduknya. Semangat Faraaah! Semoga Allah memberi kemudahan dan kelancaran, aamiiin...

Terakhir, Rhisma.
Ini aku agak kaget sih, Rhisma sama Ivon kan daftar proyek dosen ps ku, tapi beliau menyuruh Rhisma dan Ivon untuk izin dulu ke ps mereka. Ternyata, permasalahan muncul ketika mereka konsul ke ps mereka dan meminta izin untuk ikut proyek dosen lain. Singkatnya, ps mereka seperti seakan-akan tidak mengizinkan dengan sepenuh hati atas keputusan mereka, lebih mengarah pada kalian kalau bisa cari ide sendiri dulu, dan beberapa hal lain yang sebaiknya tidak ditulis disini. Terus Rhisma tanya ke aku, "Kalau kamu jadi aku, apa yang kamu lakukan Wid?"
Aku diem, berusaha memposisikan diri menjadi Rhisma, dan gagal...
Akhirnya pun aku cuma jawab, "Pilih pilihan yang mendekatkanmu pada Allah"
terus kata Rhisma, "tadi juga Farah bilang gitu ke aku"

Ini pertama kalinya aku nggak bersedia memposisikan diriku sebagai orang lain. Pertama kalinya aku paham gimana alasan-alasan yang ada dikepalaku untuk mengambil sebuah keputusan, pasti beda dengan alasan orang lain, karena kondisi kita, background kita juga beda. Pertimbangan antara aku pengen ikut proyek dengan Khansa, Farah, atau Rhisma pengen ikut proyek juga pasti ada yang beda. Tujuan kita beda, padahal tujuan itu yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan yang akan kita ambil sekarang.

Kalau aku tarik benang merah dari ketiga temenku ini adalah, kita sering mencari pembelaan kalau keputusan yang kita ambil itu nggak salah. Mankannya kita nanya sama orang lain "kalau kamu jadi aku gimana?", sebenernya dari konteks pertanyaannya, jawaban yang diharapkan pasti adalah sesuai dengan keputusan yang udah diambil, bukan sebaliknya. Tapi aku nggak bisa mengungkapkan "Ya, kamu udah milih pilihan yang tepat, kalau aku jadi kamu, aku juga bakal milih itu", nggak bisa. Karena untuk hal yang satu ini, yang bakal jalanin adalah diri masing-masing, yang bakal susah, ribet, jatuh bangun, adalah diri masing-masing. Yang bisa dilakukan satu sama lain hanya mendukung dan mendoakan yang terbaik bagi satu sama lain pula. 

Beberapa waktu lalu, lihat Mas Andi ngepost ini juga. Setiap apa yang kita lakukan, pasti bakal ada aja manusia yang komen. Jadi, yakin sama diri sendiri untuk apa yang kita ingin lakukan, dan yang terpenting adalah untuk mencari ridhonya Allah

Image result for tabligh
Dan ternyata, aku juga pernah nulis tentang bagaimana galaunya menentukan pilihan wkwkwk, baca disini

Recommended

Trespassing

Jatuh Cinta

15th Day : "A Confession/Secret of Yours"