Trespassing

 Somehow, it is always this platform that I come back to. Hi! Long time no post... hahahaha

Kali ini pengen mengeluarkan apa yang ada dipikiran, biar bisa ngasih space untuk pikiran yang lain. Ada dua hal yang aku pelajari seminggu atau beberapa minggu terakhir ini. Yang pertama adalah tentang trespassing, dan yang kedua tentang jatuh cinta. Kali ini bahas yang pertama dulu.

There is no context, to be honest. Karena sampai dapet kesimpulan ini kayak akumulasi dari berbagai macam peristiwa. Mulai dari konflik Israel-Palestine, pemilihan presiden indonesia 2024, akademik lyfe of course, dan personal life (ga ketinggalan emang yang satu ini). 

Tapi semua peristiwa ini ngingetin aku sama kajiannya Ust Nouman, tapi aku bener-bener lupa suratnya 😭. Nanti kalau pas ketemu lagi, aku update di postingan ini. Saat itu beliau bahas satu ayat dari surat tersebut yang penjelasannya adalah kita sebagai manusia sering banget berperilaku/bertindak diluar kapasitas kita. Manusia selalu mikirin masa depan, gimana kalau ini, gimana kalau itu, atau mikirin yang udah lampau justru, gimana kalau dulu aku kayak gini, gak kayak gitu. Padahal, di ayat Al-Qur'an tersebut disebutkan kalau tugas manusia adalah ikhtiar, udah sampai situ aja. Sisanya adalah hak Allah. Jadi sering banget manusia itu mengambil teritorinya Allah, porsi yang seharusnya punya Allah - untuk mengatur segala urusan, tempat segala urusan dikembalikan, pemilik rencana terbaik, yang Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-Nya, suka kita ambil. Padahal, kita sebagai manusia gak punya kapasitas itu. Mau kita pikirin segimana juga, kita gak bisa ngapa-ngapain.

Nah, udah mulai dapet benang merahnya belum? belum yak? hahahaha...

Jadi tuh... beberapa bulan terakhir aku banyak mikirin hal-hal yang 'diluar teritori', aku berkali-kali trespassing. Ketika trespassing  itu, apa yang terjadi? yah sudah jelas, saya galau, kemudian feeling unmotivated, feeling lost, bahkan sampai got an idea kalau 'mungkin meninggal bukan ide yang buruk juga', terlintas aja gitu 🙈

Tapi alhamdulillah, diingatkan lagi sama Allah. Saat itu lagi ngaji bareng sama temen-temen, terus bahas soal presiden baru Indonesia, yang kemungkinan besar adalah Pak Prabowo-Gibran. Aku termasuk yang gak peduli peduli amat soal siapa yang jadi presiden, tapi temen-temenku yang dari ilmu politik, ekonomi, keep feeding me with this news, hahaha... So I started to care. Kemudian reminder itu dateng dari Papanya Rin, saat itu Rin curhat ke Papanya soal gimana inih Indonesia teh, kebijakan kebijakan barunya banyak yang mungkin merugikan, terus Rin disini gak bisa ngapa-ngapain. Abis itu Papa nya Rin bilang, "atuh yaudah kamu mah pokus dulu ngurus itu thesis, gak usah mikirin negara. Kamu gak mikirin negara juga gak akan berkurang orang-orang yang ngurusin dan mikirin negara. Coba atuh sekarang kamu mikirin negara terus, udah mah negaranya gak beres, thesis kamu juga gak beres. Kumaha?" (wkwkwkwk... redaksinya agak saya buat buat ini memang). Seperti tepukan lembut kata-katanya Papa Rin. Langsung nyala tuh lampu diatas kepala. Oh iya! Bener juga yah! tugas kita kan disini menuntut ilmu, belajar yang bener, mungkin sekarang keliatannya kita gak bisa kontribusi apa-apa, tapi justru keseriusan kita belajar adalah kontribusi itu sendiri. Makasih om atas nasehatnya.

Dari situ, mulai deh tuh sadar sedikit demi sedikit, untuk act in our capacity. Untuk fokus sama yang sekarang bisa dilakukan, instead of mikirin kedepannya kudu gimana... Tapi ya gak semudah ngetik kalimat ini sih memang, rada panjang prosesnya.

Another thought saat itu adalah urusan sekolah, si thesis ini. Btw, kalau di UK thesis disebutnya disertasi. Jadi aku tuh gak dapet project disertasi yang aku inginkan. Ceritanya pas awal tuh disuruh milih 5 project, nanti katanya by sistem di alokasikan otomatis, begitu. Terus, dibilang juga, katanya mah jarang banget students dapet project pilihan ke-4 atau ke-5. Rata-rata pada dapet pilihan pertama atau kedua, jarang yang ketiga juga. Yaudah, saya mah tenang aja gitu kan, ehh ternyata pas keluar hasil alokasinya, aku gak dapet 5 project pilihan aku. Agak shock saya, mungkin karena gak expect ya kalau hasilnya bakal nihil. Karena hampir semua orang bilang jarang banget students dapet project pilihan ke-4 atau ke-5, rata-rata pada dapet pilihan pertama atau kedua. Mau kecewa dan kesel, tapi gak menyelesaikan masalah juga. Yaudah akhirnya dicobalah cara yang bisa dilakukan untuk dapet project yang diinginkan. Berpatokan sama surat yang aku lupa itu, ikhtiar, sisanya Allah yang urus. Walaupun masih tetep sedih sih, apalagi kalau denger project yang temen-temen dapet pada keren-keren banget, di industri lah, di Edinburgh Genome Foundry, di stem cells, CRISPR, huft... aku sedih karena aku ngerasa disini resourcenya ada, tapi kenapa aku gak bisa dapet kesempatan untuk dapet resource itu, sedangkan temen-temen yang lain bisa. 

Ditambah pula waktu itu urusan hati. Sebenernya urusan hati nih udah lama berdiri di garis finish. Tapinya ternyata belum selesai dia, hahahaha. Singkat cerita, aku suka sama orang, biasa lah ya... cuma dari awal aku tahu gitu I'm not the one who he is searching for. Dan somehow, aku tahu yang dia cari seperti apa. Saat itu, udah melalui proses panjang tuh sampai ke tahap aku menerima perasaanku suka sama dia, aku udah nyerah, kayaknya yang ini gak bisa tiba-tiba gak suka sama orang itu. Tapi ternyata, the idea of him with someone else which is his type, still hurts me. Perasaan berdasarkan asumsi ini, ketika itu, rasanya menyakitkan. Padahal belum tentu si cowok dan cewek ini bersama. Tapi sadar bahwa hal-hal yang dipunyai si cewek dan gak aku punya, yang menjadikan cewek ini masuk kedalam pilihan si cowok. Sedangkan sesuatu yang aku punya gak akan masuk kedalam pilihan si cowok, meskipun aku sadar yang aku punya juga valuable. Jadi membuat aku saat itu berpikir, why? kenapa? kenapa hal yang aku anggap sebagai value gak akan jadi value dimata dia? dan ternyata ada orang lain yang cocok dan pas banget sama value yang dia cari. Lebay, tapi itu bikin aku stress juga tuh. Sampe mempertanyakan kesimpulan aku untuk menerima perasaan aku suka sama dia bener atau enggak. Sampe mikir seharusnya berhenti aja sukanya, jadi gak perlu sedih atau mikirin soal ini. Tapi gimana cara berhentinya? Aku udah coba, dan aku sadar butuh proses, tapi ternyata prosesnya menyakitkan juga, dan sakitnya unbearable ternyata. Sampe yang, Ya Allah... please pengen gak suka. 

Sampai saat itu, sadar juga bahwa oh ternyata aku gak accepting the fact that I'm hurt. Aku ngelawan perasaanku sendiri, aku gak mau diri aku sakit. Justru hal itu yang membuat aku lebih sakit. Aku berani menerima kalau aku suka sama dia, walaupun things won't work out. Aku juga harus nerima sakit dari proses nge-reset hati aku lagi. Pada akhirnya, waktu itu abis shalat apa ya, terus nyala lagi tuh lampu diatas kepala, kayak "ting" 💡gitu, wkwkwk... Ahhh I see... jadi aku mengambil porsi yang seharusnya ranahnya Allah. Mankannya aku stress! Kalau misalnya dia suka cewek itu, yaa it's beyond my control. Kalau cewek itu punya sesuatu yang aku gak punya, it's beyond my control. Dan semua orang, dia (si cowok), mbanya (si cewek), dan aku adalah miliknya Allah. Allah udah kasih yang terbaik untuk masing-masing dari kita. Kelebihan yang mbanya ini punya itu dari Allah, value yang cowok ini cari dari seorang perempuan itu juga dari Allah. Aku gak bisa ngubah apapun, mau dipikirin kayak apa juga, aku gak bisa ngontrol hal-hal itu. Pas realize hal itu, kayak enteng banget alhamdulillah. I ask forgiveness from Allah, dan yaudah act upon my capacity. Ikhtiar apa yang bisa aku lakukan sesuai kapasitasku sekarang. Walaupun hanya sekedar berdoa, yaaa berarti memang itu aja kapasitasnya. Sisanya biar Allah yang urus.

Jadi konsep ini beneran aku terapin beberapa minggu terakhir. Kayak terkait konflik Israel-Palestine juga, aku berusaha mikir kontribusi sekecil apapun in my capacity insyaAllah, dengan izin Allah semoga bisa membantu saudara-saudara di Palestine. Even sekedar doa, atau infak, atau ikut boycott produk yang dukung Israel. Ngelakuin apapun yang sebisa mungkin aku lakukan. Karena bisa jadi untuk saat ini, kapasitas aku membantu segitu doang. Karena aku masih punya tanggung jawab lain, bukan as an excuse, tapi lebih ke yakin kalau aku serius bertindak sesuai kapasitasku sekarang, insyaAllah nanti nya mungkin kapasitasnya jadi bertambah. Tanggung jawab aku menuntut ilmu misal, aku serius nih belajar, ngerjain tugas, dsb, tapi cuma bisa bantu Palestine sedikit doang. Tapi karena aku serius dengan kapasitas yang aku bisa ikhtiarkan sekarang, mana tahu dikemudian hari aku bisa punya akses ke orang-orang powerful dan bisa bantu lebih banyak waraga Palestine. 

Sebagai penutup, berikut ayat sejuta umat

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
So, verily, with every difficulty, there is relief


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Verily, with every difficulty there is relief. 

Allah tidak akan membebankan seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Kita yang sering membebani diri kita sendiri diluar kesanggupan kita.        

Recommended

Bloody Monday

23rd : "Something that you miss"

Tentang Perjuangan #1