17th Day : "When was the last time you cried?"

Dudududu ~
Sebenernya ini udah bukan hari ke -17 belas lagi, hahahaha...
tapi pengen ngelanjutin 30 Days Challanges for Blogger

Jadi, tema kali ini adalah kapan terakhir kali aku nangis. Baper banget ya, jadi curhat ini mah...
Honestly, aku sering banget nangis, cengeng banget aku orangnya.
Dan terakhir aku nangis adalah tadi malem, wakakakak.
Nggak nangis yang sampe bener-bener nangis sih, cuma berkaca-kaca dan terharu aja. Dan itu gara-gara baca blog aku sendiri, baca tulisanku untuk diriku sendiri  ðŸ˜…

Kebiasaan, aku sukanya overthinking. Tiap ada satu hal, pikiranku langsung merajalela kemana-mana, dan kebanyakan negative thought. Kalau yang tadi, gegaranya adalah akhir-akhir ini aku ngerasa berat di biodiv. Beberapa waktu terakhir, banyak hal-hal yang terjadi di biodiv dan aku nggak bisa melibatkan diriku di dalamnya. Bikin pra-proposal phbd, aku nggak ikutan. Bikin persiapan expo, aku nggak ikutan. Bikin artikel buat buletin fauna nggak jadi-jadi (dan sekarang aku malah ngeblog 😟). Laporan EWM terbengkalai. Aku juga jarang ke bivak. Secara tingkatan, aku senior, tapi Deka, Yoshe, dan Ayu yang lebih ngayomin anggota baru. Dan aku paling nggak suka beralasan. Kalau aku care harusnya aku bisa meluangkan waktu. Jadi keinget waktu EWM tahun lalu, ada kakak tingkat yang bilang "Saat seseorang nggak hadir, bukan berarti seseorang itu nggak mikirin, bisa jadi dia juga bantu ditempat lain". Dulu sih itu bisa meluruskan pikiranku, tapi sekarang, aku pikir kehadiran adalah segalanya. Entah di biodiv, entah di SIM. Bukan sekedar muncul di group, bukan sekedar kalau ketemu pas kuliah nanyain kabar, tapi diluar itu, saat emang ada tugas, hadir, dateng ke bivak, bantu apapun yang bisa kamu lakukakan, that's matter.



Dulu waktu masih jadi anggota baru aku dapet kesempatan istimewa, diajak gabung untuk ikut tim air. Tapi nyatanya, makin kesini aku nggak tergabung dalam projek non-proker apapun. Ternyata komitmenku saat masih belajar waktu dulu masih jadi anggota mula, berpengaruh. Aku balikin itu semua kediri aku sendiri. Emang nggak ada kesempatan buat aku, atau aku yang melepas kesempatan itu? Soalnya aku sering banget nyadar kalau aku malah fokus ke tugas orang, tapi tugas sendiri malah dilupain. Kayak waktu buku kehati kampus, awalnya ditawarin siapa yang mau terlibat, tapi aku nggak konfirm karena pikiranku saat itu adalah bulan januari aku magang. Akhirnya, aku kehilangan kesempatan untuk bisa belajar nulis buku, punya pengalaman, dan jadi kontributor.

Orang-orang sering banget bilang aku sibuk, padahal aku nggak ngapa-ngapain sama sekali. Ilmu kebiodivan pun aku minim. Kalau biodiv itu laut, temen-temen udah pada naik kapal, dan karena aku telat aku jadi harus berenang untuk ngejer kapalnya. Padahal aku nggak bisa berenang. Ngelantur kemana-mana ya jadinya? wkwkwk... maafkan, mumpung bisa keluar semua. Sekalian ya, karena udah terlanjur.

Nggak tahu kenapa, aku mikir apa aku yang kurang care, kenapa sih malah jadi engap-engapan? Emang dari awal aku nggak pernah ngerasa enteng sih di biodiv, tapi makin kesini makin engap. Apa ya, sepele mungkin, tapi karena aku overthinking jadinya kayak gini. Semnas, aku pengen sebenernya bantuin prosiding, tapi kesempatan untuk gabung ke tim prosiding nggak pernah ada. Aku ambil positifnya, aku inget aku masih punya tanggungan lain : Laporan EWM. Aku berusaha, mungkin nggak maksimal, tapi aku berusaha biar ini selesai. Tapi malah jadi orang lain yang ngerjain, orang itu yang jadi fokus utama, dia yang ditagih laporan, bukan aku. Dulu aku inget banget, tahun lalu, laporan EWM juga belum selesai, terus PJ yang ngerjain laporan saat itu ditagih kayak diintrogasi gitu sampe nangis. Aku emang nggak nungguin itu, malah aku mikirnya "Jangan sampe laporan EWM nunggu ditagih". Nggak ada yang nagih ke aku. Ya jujur, aku mencari perhatian. Nyatanya ada yang nagih, tapi nggak ke aku, ke orang lain yang tadi malah jadi ngerjain sendirian. Maaf kalau ceritanya bikin mumet. Tim aqua. Aku nggak terlibat dari tahun lalu. Tahun ini ada lagi, dan kesempatan itupun lewat gitu aja. Soal relasi sama organisasi lain, nihil. Sedangkan angkatan 6 lebih punya banyak relasi. Diajak jalan-jalan, ke lapang, nggak pernah.

Luruskan aku kalau salah.

Aku menganggap Biodiv itu rumah pertamaku. Rumah yang aku bisa pulang kesini kapanpun. Disini juga keluargaku, bahkan saat EWM tahun lalu, itu kerasa banget. Cuma nikmatin liburan 2 minggu di rumah, dan harus balik lagi ke Solo buat persiapan EWM. Tapi semua teratasi karena yang disini juga keluarga. Tapi aku ngerasa nggak pernah dapet approvement disini. Pengakuan. Berat yang aku rasain bukan karena banyaknya tanggungan yang harus dikerjakan. Tapi karena itu satu, pengakuan.

Padahal, banyak ilmu yang aku dapatkan di biodiv. Dan kayaknya lebih banyak hal-hal yang aku sesalin karena nggak bisa aku lakukan.

Dulu aku inget banget Mas Ridwan atau Mas Agal ya, pernah bilang "Yang jadi ketua Pasya kayaknya Io, soalnya yang keliatan care dia", itu tahun lalu, waktu mau pemilihan koordinator Pasya yang baru, dan moment moment menjelang EWM. Dan kesimpulan yang bisa aku ambil dari ke kurang kontribusianku di biodiv adalah karena aku kurang care.  Aku nggak bisa mikir alasan lain.

Tolong banget luruskan kalau aku salah...

Aku sendiri emang yang bilang aku butuh waktu buat fokus ke hal yang aku suka. Untuk fokus sesuai akademik ku, di mikrobiologi. Dan emang tujuan aku ikut biodiv dulu adalah biar aku betah di biologi. Biodiv terlihat sebagai KS yang paling besar saat itu, dan menurutku, menjamin bakal menambah jam kegiatan di Biologi, sampe bikin aku bener-bener betah. Bukan ekspedisi, eksplorasi, atau konservasinya yang bikin aku tertarik masuk di biodiv. Tapi bukan berarti aku nggak seneng belajar itu semua. Aku seneng, aku nikmatin itu. Mungkin cara belajarku yang salah. Sampe aku bisa ketinggalan.

Tapi aku nggak pengen lari. Aku berkali-kali ngeyakinin diri aku sendiri dengan cukup fokus dengan tugasmu saat ini di biodiv. Lakukan semaksimal mungkin yang kamu bisa. Kalau memang kesempatan itu tidak datang padamu, ambil hidayahnya, tetap berpositif thinking. Mungkin Allah menganggapmu belum pantas menerima kesempatan itu. Perbaiki dirimu sendiri terlebih dahulu. Cukup lakukan dan jangan berpikir. Tapi ternyata tetep kepikiran juga sampe tadi. Pembahasan EWM sudah mulai, dan aku merasa kalah start. Kalah untuk peduli terlebih dahulu. Kalah karena nggak ikut pembahasannya dari awal.  Berkali-kali juga aku pengeeeeeeeeen banget sebanget-bangetnya minta maaf, tapi kalau minta maaf, maafnya jadi nggak berharga. Seakan-akan segampang itu ngomong maaf. Aku pengen buktiin dengan action aku. Tapi aku takut kalau nggak sempet minta maaf jadinya malah <~ overthinking mode on lagi.

Aku pengen bahagia di biodiv. Aku pengen bisa berkontribusi lebih banyak. Aku pengen dapet pengakuan. Kita lihat seberapa jauh aku bisa ngelakuin itu semua.
Maaf kalau ada yang kurang mengenakkan hati 🙇

Recommended

15th Day : "A Confession/Secret of Yours"

The One Unloved

Good News!!!