Menolak Lupa #1 – Hakikat Ibadah


Singkat tapi penting, gak bisa cerita banyak karena udah ngantuk…
I’ve been doing a weekly meeting with my friends – SIM Hadiningrat, today is the 5th time (If I’m not mistaken). We have Imam Muttaqin whom shares his knowledges.

Tadi bahas surat Ar-Ra’d ayat 1-6, dan diantara pembahasan dan sharingnya ada satu hal yang mengena dan harus diingat, terutama oleh diri aku sendiri. Aku harus ingat, wkwkwk… maka dari itu aku nulis postingan ini. Soalnya sering banget pas baca blog sendiri, jadi semangat sendiri juga. That’s weird but it’s true. Ok jadi yang harus aku ingat adalah…

Dalam beribadah, memang ada fadilah amalnya. Tapi jangan jadikan fadilah amal itu sebagai tujuan. Sebagai contoh, membaca surat Al-Waqiah setiap hari akan dilanjarkan rejekinya. Kenapa gak boleh? Karena Al-Quran diturunkan bukan untuk itu aja. Al-Quran diturunkan lebih dari itu, sebagai petunjuk, bukan untuk materi keduniawian aja. Contoh lain, mengejar malam Lailatul Qadr demi mendapatkan pahala lebih dari 1000 bulan. Fadilahnya memang ada, tapi hakikatnya menghilang.

Karena hakikat beribadah sesungguhnya adalah, seperti salah satu kisah … (lupa siapa, nanti aku lengkapi). Beliau shalat tahajud 2 rakaat, kemudian beliau merasa bahwa dari ribuan makhluk yang melakukan maksiat, Allah masih mengizinkan beliau untuk shalat tahajud, karena merasa seperti itu, akhirnya beliau shalat lagi 2 rakaat, beliau terus berfikir hal yang sama, sampai meneteskan air mata, sampai beliau shalat lagi hingga 100 rakaat.

Ini insight baru buat aku, karena banyak yang menyampaikan (mungkin maksudnya biar kita semangat beribadah) fadilah fadilah amalan tertentu. Aku baru sampai level itu. Dan untuk sampai level hakikat beribadah yang tadi, sepertinya butuh perjuangan dan latihan yang panjang. Setidaknya kamu udah tahu, Wid. Selamat mencoba, dan semoga kamu selalu ingat!

Recommended

15th Day : "A Confession/Secret of Yours"

Good News!!!

Ngomongin Soal Rengoku Kyojuro dan Akaza dari Kimetsu no Yaiba : Mugen Train