Menolak Lupa #2 Walaupun Belum Siap, Tetap Harus Dipersiapkan

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatu 

Usia 23 24 25 dst ni usia yang gak bisa terhindarkan dari obrolan seputar nikah, hahahaha... Kemarin baru aja silaturahmi sama pengantin baru, Intan dan Mas Andi, siapa yang menyangka ternyata bakal dipertemukan lagi dengan mereka berdua di Tangerang dalam kondisi sebaik ini, takdir Allah semenakjubkan itu. Cerita banyak banget kemaren, sebenernya lebih ke Aku, Usnida dan Febri yang nanya sih ke Intan dan Mas Andi hahahaha... Jadi belajar juga. Dari banyak hal-hal yang mereka berdua ceritakan, ada 2 hal yang jadi PR, dan aku perlu nulis ini karena aku pasti lupa.

Hal pertama, mulai membuka pembicaraan soal menikah ke orangtua, terutama Ibu. Ini saran pertama dari Mas Andi, berdasarkan pengalaman Mas Andi. Karena katanya, dengan kita membuka pembicaraan itu insyaAllah do'a nya jadi double, gak dari kita doang, tapi dari orangtua juga. Saat itu komenku adalah, "Tapi kalau kitanya belum pengen gimana Mas?", konyol hahaha... nikah kan bukan masalah pengen gak pengen yah. Terus aku ralat lagi pertanyaanku, "Salah sih kalau aku bilang gak pengen, pengen... apalagi kalau lihat temen-temen udah pada nikah, tapi tuh kayak 'kenapa harus nikah?' sependek yang aku tahu paling kan untuk menyempurnakan separuh agama, tapi belum bener-bener punya alesan yang kuat 'kenapa' ", dan jawaban Mas Andi masuk ke point kedua...

Walaupun memulai pembicaraannya itu gak harus dengan "Ma, aku pengen nikah", bisa juga kayak basa basi sambil becanda gitu "Kira-kira aku udah cocok belum ya Ma kalau nikah?"

Sebenernya, Mama udah sering sih mention-mention gitu, kayak lagi bahas aku masih pengen sekolah pun, Mama udah yang "Kalau udah punya suami nanti juga gak papa ya kak, semoga suaminya ngizinin", itu udah kayak celah buat aku untuk memulai pembicaraan soal nikah, tapi karena aku ngerasa aku belum siap, jadi cuma aku aminin aja, tanpa lanjutan respon lainnya, hahahaha...

Kedua, harus ada latar belakangnya. Kalau berkaca dari pengalaman Mas Andi lagi, latar belakangnya gak harus tentang diri sendiri, malah dikasus Mas Andi, latar belakang beliau adalah untuk membahagiakan Ibunya. Jadi malah latar belakangnya itu untuk kepentingan orang lain gitu. Tapi tetep ada untuk diri sendirinya juga. Kalau dari sisi Intan, dia cerita do'a dia adalah pengen jodoh yang bisa jadi katalis ibadahnya. Yah... ini pr yang cukup sulit hahaha... Aku pernah baca di buku Mba Dewi (belum kulanjut baca), beliau ketika menikah itu punya tujuan untuk menghasilkan generasi Islam masa depan yang gemilang (kurang lebih begitu, ini pake kata-kataku sendiri wkwkwk). Saat baca itu, aku ngerasa takjub aja, bukan cuma untuk menyempurnakan separuh agama atau dalam rangka beribadah kepada Allah, tapi lebih visioner dari itu, mencetak generasi generasi Islam dimasa depan. Sepertinya akan kulanjutkan baca buku Mba Dewi, siapa tahu dapet inspirasi untuk latar belakang kenapa harus nikah, hahahaha...

Hm... mau curcol sedikit hahaha.. Waktu aku pernah deket sama seseorang yang aku suka, latar belakang pengen nikah tuh cukup jelas, rasa-rasanya saat itu terpampang nyata aja, clear banget. Dibanding nanti jatuh kedalam kemaksiatan yang lebih parah, harus nikah aja. Intinya jelas gitu. Tapi karena menemui jalan buntu, ada tembok besar dan kalau naik tembok itu pun, ternyata ada jurang setelahnya, akhirnya gak berlanjut. Itu posisi yang aku lagi jatuh cinta sama orang, jadi mikir kayak gitu. Saat ini, aku lagi gak ada siapa-siapa, belum mungkin, jadi susah banget buat aku nyari latar belakang kenapa harus nikah itu. Latar belakang yang bener, bukan yang sekedar menyempurnakan separuh agama.

Itu dua point pentingnya, dan PR yang harus dikerjakan. Cerita lain selebihnya misalnya harus belajar psikologi, perempuan itu gimana, laki-laki itu gimana, Intan dan Mas Andi nyaranin nonton video dr. Aisyah Dahlan. Terus Febri nanya apakah kalau berdoa jodoh harus detail, kayak pengen karakter A, B, C, D dst... kalau jawaban Mas Andi, setiap orang punya cara berkomunikasi sendiri dengan Allah soal itu. Kalau aku, prinsipnya selama bisa minta sama Allah, minta aja wkwkwk... tapi endingnya tetep mohon dikuatkan untuk tetap bertawakal dan berserah diri, serta dikuatkan iman bahwa hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Oh iya, Intan dan Mas Andi so sweet banget, aku gemes banget dan gak nyangka bisa lihat mereka se so sweet itu wkwkwk... Jadi, aku nanya ke Intan, ada keraguan gak Ntan pas mau nikah? Dari proses setelah khitbah ke resepsi. Intan jawab, "Ada sih Wid, tapi bukan ragu ke Mas Andinya, lebih ragu ke diri sendiri, apakah sanggup membersamai orang se luar biasa seperti Mas Andi?"

Toloooong.... so sweetnya overloaad hahahaha...

Dari hal kemarin, ada yang aku sadari. Manusia itu kan memang gak tahu apa-apa ya, hanya Allah yang Maha Mengetahui, kita gak tahu sedikitpun tentang ilmu Allah, sedikitpun kita gak tahu, kecuali Allah izinkan untuk kita mengetahuinya. Aku selalu berdoa untuk dibimbing dan dituntun, karena ketidaktahuan itu. Aku belum pernah berdoa meminta jodoh sama Allah lagi (setelah insiden jalan buntu), karena aku mikir "Aku belum siap Ya Allah", dan aku mikir kalau kata Allah ini sudah waktu yang tepat, nanti juga dateng. Awalnya aku mikir gitu, tapi setelah kemarin, aku jadi merasa ada tanda-tanda dari Allah, ada tuntunan dari Allah yang diberikan ke Aku, Usnida dan Febri untuk sepertinya memulai. Mungkin Usnida dan Febri udah mulai, tinggal aku doang hahaha... Kayak Allah ngasih tahu aku dengan cara yang lembut, lewat Mas Andi dan Intan, untuk mulai belajar soal pernikahan. Dan aku mulai jadi berpikir, kalau aku belum siap gak papa, nanti Allah yang siapkan.


Terimakasih untuk Mas Andi dan Intan yang sudah mau berbagi, semoga rumah tangganya selalu dilimpahkan rahmat dan berkah dari Allah, dan bisa selalu jadi pasangan yang menginspirasi. Selamat datang di Tangerang, semoga betah ya....

Recommended

15th Day : "A Confession/Secret of Yours"

Good News!!!

Ngomongin Soal Rengoku Kyojuro dan Akaza dari Kimetsu no Yaiba : Mugen Train